Minggu, 21 Desember 2014

Teknik injeksi



TEHNIK PENYUNTIKAN


Dalam kesempatan ini kita akan membahas tiga tehnik penyuntikan yang umum dipakai, yaitu:

  1. Injeksi intramuscular

  1. Injeksi intravena

  1. Injeksi subcutan

Sesuai dengan tujuan pelatihan ini, maka dari ketiga tehnik tersebut di atas, kita akan lebih banyak membahas perihal injeksi intramuscular. Semua peserta pelatihan diharapkan untuk mampu melakukan injeksi intramuscular dengan baik sesuai dengan prosedur yang benar, sehingga akan diharapkan berguna pada saat melakukan pelayanan kesehatan nanti.


TEHNIK ASPIRASI


Walaupun aspirasi tidak lagi dilakukan pada metode injeksi subkutan, pada penyuntikan intramuscular dan intravena prosedur ini harus dilakukan. Apabila pada injeksi intramuscular secara tidak sengaja ujung jarum menembus pembuluh darah, maka obat yang disuntikkan akhirnya masuk secara intravena. Hal ini dapat mengakibatkan terbentuknya emboli sebagai akibat reaksi komponen kimia dari obat tersebut.

Aspirasi dilakukan dengan cara berikut:

Setelah Anda menusukkan jarum ke lokasi suntikan, pegang bagian bawah syringe dengan tangan non-dominan Anda, dan tarik bagian tongkat syringe ke atas dengan tangan dominan. Apabila jarum telah menembus pembuluh darah, darah akan masuk tertarik ke dalam syringe.
Apabila ini terjadi, dan tehnik injeksi yang Anda lakukan adalah injeksi intravena, maka prosedur yang Anda lakukan sejauh ini benar. Jarum telah memasuki pembuluh darah, dan obat kini siap dimasukkan langsung ke pembuluh darah balik tersebut.
Apabila darah masuk tertarik, dan tehnik injeksi yang Anda lakukan adalah intramuscular, maka prosedur yang Anda lakukan salah. Jarum yang semestinya mencapai jaringan otot rupanya bersarang di pembuluh darah.Hal ini biasanya terjadi karena lokasi injeksi kurang tepat. Cabut jarum dan ulangi prosedur penyuntikan dari awal.


TEHNIK DESINFEKSI KULIT DI LOKASI SUNTIKAN


Walaupun tehnik desinfeksi kulit dengan kapas alkohol sebelum prosedur penyuntikan sudah dikenal luas, pada kenyataannya ada perbedaan temuan. Misalnya menggunakan kapas alkohol sebelum menyuntikkan insulin secara subkutan seringkali membuat kulit menjadi mengeras karena efek alkohol.

Dann (1969) dan Koivisto & Felig (1978) menemukan bahwa tehnik desinfeksi dengan alkohol tidak selalu mutlak diperlukan, dan ketika prosedur itu ditiadakan, rupanya angka infeksi post-injeksi yang terjadi tidak lebih banyak daripada yang dilakukan swab alkohol sebelumnya.

Para ahli berpendapat bahwa apabila pasien tampak bersih secara fisik, dan tenaga medis juga mengikuti standar asepsis yang benar, desinfeksi kulit sebelum penyuntikan intramuscular adalah tidak perlu. Dan apabila memang dipandang perlu,maka kulit itu harus diswab dengan kapas alkohol selama 30 detik, dan kemudian tunggu 30 detik lagi agar kulit menjadi kering lagi.

Jika injeksi dilakukan sebelum kulit kering, masih ada kemungkinan bakteri belum mati, dan malah bersama-sama dengan alkohol bisa saja ikut menginokulasi lokasi penyuntikan sehingga meningkatkan risiko infeksi.



*INJEKSI INTRAMUSCULAR


Adalah tindakan menyuntikkan obat ke dalam otot yang terperfusi baik, sehingga akan mampu memberikan efek sistemik dalam waktu yang singkat, dan juga biasanya mampu menyerap dalam dosis yang besar. Lokasi penyuntikan harus dipertimbangkan dengan mengingat kondisi fisik pasien, usia pasien, dan jumlah obat yang akan diberikan. Apabila pada lokasi suntikan yang diinginkan terdapat pembengkakan, peradangan, infeksi, ataupun terdapat lesi dalam bentuk apapun, penyuntikan di lokasi ini harus dihindari.

LOKASI

Terdapat lima lokasi penyuntikan intramuscular yang sudah terbukti bahwa obatnya akan diabsorbsi dengan baik oleh tubuh.


1.        PADA DAERAH LENGAN ATAS (DELTOID)
Ø  Mudah dan dapat dilakukan pada berbagai posisi, namun kekurangannya area penyuntikan paling kecil, dan jumlah obat yang ideal paling kecil (antara 0,5-1 ml).
Ø  Jarum disuntikkan kurang lebih 2,5 cm tepat di bawah tonjolan acromio
Ø   Organ penting yang mungkin terkena adalah a.brachialis atau n.radialis. Hal ini terjadi apabila kita menyuntik lebih jauh ke bawah daripada yang seharusnya.
Ø  Minta pasien untuk meletakkan tangannya di pinggul (seperti gaya seorang peragawati), dengan demikian tonus ototnya akan berada kondisi yang mudah untuk disuntik dan dapat mengurangi nyeri.



1.      PADA DAERAH DORSOGLUTEAL (GLUTEUS MAXIMUS)

Ø Paling mudah dilakukan, namun angka terjadi komplikasi paling tinggi.
Ø Hati-hati terhadap n.sciatus dan a.glutea superior.
Ø Gambarlah garis imajiner horizontal setinggi pertengahan glutea, kemudian buat dua garis imajiner vertical yang memotong garis horizontal tadi pada pertengahan pantat pada masing-masing sisi. Suntiklah di regio glutea pada kuadran lateral atas.
Ø Volume suntikan ideal antara 2-4 ml.Minta pasien berbaring ke samping dengan lutut sedikit fleksi. 


3.      PADA DAERAH VENTROGLUTEAL (GLUTEUS MEDIUS)
Ø Letakkan tangan kanan Anda di pinggul kiri pasien pada trochanter major (atau sebaliknya). Posisikan jari telunjuk sehingga menyentuh SIAS. Kemudian gerakkan jari tengah Anda sejauh mungkin menjauhi jari telunjuk sepanjang crista iliaca. Maka jari telunjuk dan jari tengah Anda akan membentuk huruf V.
Ø Suntikkan jarum di tengah-tengah huruf V itu, maka jarum akan menembus m. gluteus medius.
Ø Volume ideal antara 1-4 ml. 


4.      PADA DAERAH PAHA BAGIAN LUAR (VASTUS LATERALIS
Ø Pada orang dewasa, m. vastus lateralis terletak pada sepertiga tengah paha bagian luar.
Ø Pada bayi atau orang tua, kadang-kadang kulit di atasnya perlu ditarik atau sedikit dicubit untuk membantu jarum mencapai kedalaman yang tepat.
Ø Volume injeksi ideal antara 1-5 ml (untuk bayi antara 1-3 ml).




5.      PADA DAERAH PAHA BAGIAN DEPAN (RECTUS FEMORIS
Ø Pada orang dewasa, m. rectus femoris terletak pada sepertiga tengah paha bagian depan.
Ø Pada bayi atau orang tua, kadang-kadang kulit di atasnya perlu ditarik atau sedikit dicubit untuk membantu jarum mencapai kedalaman yang tepat.
Ø Volume injeksi ideal antara 1-5 ml (untuk bayi antara 1-3 ml).
Ø Lokasi ini jarang digunakan, namun biasanya sangat penting untuk melakukan auto-injection, misalnya pasien dengan riwayat alergi berat biasanya menggunakan tempat ini untuk menyuntikkan steroid injeksi yang mereka bawa kemana-mana.



TEHNIK INJEKSI


Sudut masuk jarum berperan penting dalam derajat nyeri pasien saat injeksi. Injeksi intramuscular sebaiknya dilakukan dengan memasukkan jarum tegak lurus dengan kulit (90 derajat) untuk memasti
kan jarumnya mengenai otot yang dimaksud. Penelitian oleh Katsma dan Smith (1997) menemukan bahwa perawat-perawat di Inggris tidak selalu menyuntikkan jarum 90 derajat pada injeksi intramuscular, dan rupanya hal ini berpengaruh pada penilaian derajat nyeri yang dirasakan pasien.

Tehnik injeksi yang dilakukan hampir di seluruh dunia adalah dengan cara mengencangkan kulit di sekitar lokasi injeksi dengan tujuan: (Stilwell, 1992)

  1. Memudahkan penusukan jarum. Jarum akan lebih mudah menusuk kulit dengan sudut 90 derajat apabila kulit yang ditusuk berada dalam keadaan teregang.

  1. Dengan teregangnya kulit, maka secara mekanis akan membantu mengurangi sensitivitas ujung-ujung serat saraf di permukaan kulit.

TEHNIK Z-TRACK


Selama dua dekade terakhir, telah berkembang tehnik penyuntikan intramuscular yang disebut tehnik Z-track. Keen (1986) pertama kali mengemukakan dalam penelitiannya bahwa tehnik ini mampi mengurangi sensasi nyeri dan juga mampu meminimalkan „kebocoran‟ (obat yang disuntikkan masuk ke ruang sub kutis pada saat jarum dicabut ).

Tehnik ini dilakukan dengan cara menarik kulit di atas lokasi suntikan ke arah lain, kurang lebih sejauh 1-2 cm. Hal ini akan menggerakkan jaringan cutan dan subcutan yang ada di atas otot yang akan disuntik. Ingatlah bahwa target suntikan adalah otot, sehingga ketika menarik kulit tersebut kita tidak melepaskan mata kita dari lokasi suntikan yang benar.

Kemudian lakukan penyuntikan seperti biasa, dan ketika usai menarik jarum, lepaskan kulit yang sedari tadi Anda pegang. Hal ini mengakibatkan luka penetrasi jarum di jaringan otot akan ditutupi oleh jaringan kutis dan subkutis yang intak. Menggerakkankan anggota gerak yang disuntik setelahnya juga dipercaya dapat membantu proses penyerapan obat karena hal itu akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang disuntik.


*INJEKSI SUBKUTAN


Tehnik ini digunakan apabila kita ingin obat yang disuntikkan akan diabsorpsi oleh tubuh dengan pelan dan berdurasi panjang (slow and sustained absorption). Biasanya volume obat yang disuntikkan terbatas pada 1-2 ml per sekali suntik.

Injeksi subkutan dilakukan dengan menyuntikkan jarum menyudut 45 derajat dari permukaan kulit. Kulit sebaiknya sedikit dicubit untuk menjauhkan jaringan subkutis dari jaringan otot. Peragallo & Dittko (1997), menggunakan CT scan dalam penelitian mereka dan menemukan bahwa  injeksi subkutan sering kali masuk ke jaringan otot, terutama bila dilakukan pada daerah abdomen atau paha. Hal ini berbahaya karena insulin yang disuntikkan ke otot akan diserap lebih cepat oleh tubuh dan sebagai akibatnya akan terjadi goncangan kadar glukosa darah yang dapat membawa pasien ke kondisi hipoglikemia.

Dari studi yang sama juga didapatkan bahwa suntikan subkutan dipercaya tidak lagi memerlukan aspirasi. Dari gambaran CT scan ditemukan bahwa suntikan dengan tehnik subkutan hampir tidak pernah menembus pembuluh darah. Springhouse Corporation (1993) bahkan menyatakan bahwa apabila penyuntikan subkutan diawalin dengan aspirasi, akan meningkatkan risiko terjadinya hematom di area subkutan.

NB: Sejak 1994 perkembangan terapi injeksi insulin sangat cepat. Saat ini jarum alay suntik insulin bermerk sudah dibuat sedemikian rupa sehingga dengan sudut 90 derajat dengan kulit, insulin dapat masuk ke jaringan subkutan. Oleh karenanya jangan heran melihat orang diabetes menyuntikkan insulin ke pahanya sendiri dengan sudut masuk jarum tegak lurus dengan kulit.


*INJEKSI INTRAVENA


Tehnik ini digunakan apabila kita ingin obat yang disuntikkan akan diabsorpsi oleh tubuh dengan pelan dan berdurasi panjang (slow and sustained absorption). Biasanya volume obat yang disuntikkan terbatas pada 1-2 ml per sekali suntik.

Injeksi subkutan dilakukan dengan menyuntikkan jarum menyudut 45 derajat dari permukaan kulit. Kulit sebaiknya sedikit dicubit untuk menjauhkan jaringan subkutis dari jaringan otot. Peragallo & Dittko (1997) menggunakan CT scan dalam penelitian mereka dan menemukan bahwa injeksi subkutan sering kali masuk ke jaringan otot, terutama bila dilakukan pada daerah abdomen atau paha. Hal ini          
berbahaya karena insulin yang disuntikkan ke otot akan diserap lebih cepat oleh tubuh dan sebagai akibatnya akan terjadi goncangan kadar glukosa darah yang dapat membawa pasien ke kondisi hipoglikemia.

MEMPERKIRAKAN TEMPAT KATUP VENA, DAN MENGHINDARINYA


Karena kita akan menyuntikkan obat dengan jarum ke dalam vena, adalah penting bagi kita untuk menghindari katup vena. Apabila katup vena ini tidak sengaja tertusuk, maka dapat menyebabkan kerusakan permanen pada katup tersebut, dan bahkan dapat menyebabkan kolaps pada vena yang bersangkutan.

Katup-katup ini ada dengan tujuan untuk mencegah alirah darah balik pada vena (mencegah aliran darah menjauhi jantung). Untuk mengetahui dimana saja terdapat katup ini, lakukan tekanan ke arah distal pada vena yang bersangkutan. Hal ini bertujuan mendorong darah yang ada di vena balik ke arah distal, mendekati katup terakhir yang dilewatinya.

Ikuti tekanan itu dan akan Anda temukan nantinya ada tempat tertentu dimana darah yang Anda dorong itu tidak dapat “lewat” lagi. Di tempat itulah terdapat katup vena. Sekarang Anda tahu di tampat itu Anda tidak boleh melakukan suntikan. Terkesan sederhana, namun terkadang melokalisir posisi katup itu dapat menjadi sesuatu yang sulit untuk dilakukan.


***Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai teknik dalam melakukan injeksi bias dilihat di link di bawah ini.



REFERENSI

Beyea SC, Nicholl LH (1995) Administration of medications via the intramuscular route: anintegrative review of the
literature and research-based protocol for the procedure.Applied Nursing Research. 5, 1, 23-33.
Burden M (1994) A practical guide to insulin injections. Nursing Standard. 8, 29, 25-29. Campbell J (1995) Injections.
Professional Nurse.10, 7, 455-458.
Chaplin G et al (1985) How safe is the air bubble technique for IM injections? Not very say these experts. Nursing.
15, 9, 59. Cockshott WP et al (1982) Intramuscular or intralipomatous injections. New England Journal of Medicine.
307, 6, 356-358.
Covington TP, Trattler MR (1997) Learn how to zero in on the safest site for an intramuscular injection. Nursing.
January, 62-63. Dann TC (1969) Routine skin preparation before injection. An unnecessary procedure. Lancet. ii, 96-98.
Katsma D, Smith G (1997) Analysis of needle path during intramuscular injection. NursingResearch. 46, 5, 288-292.
Keen MF (1986) Comparison of Intramuscular injection techniques to reduce site discomfort and lesions. Nursing
Research. 35, 4, 207-210.
Koivisto VA, Felig P (1978) Is skin preparation necessary before insulin injection? Lancet. i,
1072-1073.
MacGabhann L (1998) A comparison of two injection techniques. Nursing Standard. 12, 37, 39-41.
Peragallo-Dittko V (1997) Rethinking subcutaneous injection technique. American Journal of Nursing. 97, 5, 71-72.
Polillio AM, Kiley J (1997) Does a needless injection system reduce anxiety in children receiving intramuscular
injections? Pediatric Nursing. 23, 1, 46-49.
Quartermaine S, Taylor R (1995) A Comparative study of depot injection techniques. NursingTimes. 91, 30, 36-39.
Simmonds BP (1983) CDC guidelines for the prevention and control of nosocomial infections: guidelines for
prevention of intravascular infections. American Journal of Infection Control. 11, 5, 183-189.
Springhouse Corporation (1993) Medication Administration and IV Therapy Manual. Second edition. Pennsylvania,
Springhouse Corporation.
Stilwell B (1992) Skills Update. London, MacMillan Magazines.
Thow J, Home P (1990) Insulin injection technique. British Medical Journal. 301, 7, July 3-4.
Torrance C (1989a) Intramuscular injection Part 2. Surgical Nurse. 2, 6, 24-27.
Torrance C (1989b) Intramuscular injection Part 1. Surgical Nurse. 2, 5, 6-10.
United Kingdom Central Council for Nursing, Midwifery and Health Visiting (1992)Standards for Administration of
Medicine. London, UKCC.


The writer has made every effort to to trace the holders of the copyrighted printed materials. If we have
overlooked any, we will be plased to make necessary arrangements in the first opportunity. 
This .pdf file, as well as hundreds other, will be available soon on www.balihealthworld.com The website is
currently under construction. Please stand by for any following news. 
Have a medical article, study report, or medical-based review of your own? Convert it into .pdf format and
save it. As soon as www.balihealthworld.com in online, post it, and receive all the benefits from sharing your
knowledge to everyone. 
E-mail to manager@balihealthworld.com for more info.

1 komentar: