TEHNIK PENYUNTIKAN
Dalam kesempatan ini kita akan membahas tiga tehnik
penyuntikan yang umum dipakai, yaitu:
- Injeksi intramuscular
- Injeksi intravena
- Injeksi subcutan
Sesuai
dengan tujuan pelatihan ini, maka dari ketiga tehnik tersebut di atas, kita
akan lebih banyak membahas perihal injeksi intramuscular. Semua peserta
pelatihan diharapkan untuk mampu melakukan injeksi intramuscular dengan baik
sesuai dengan prosedur yang benar, sehingga akan diharapkan berguna pada saat
melakukan pelayanan kesehatan nanti.
TEHNIK ASPIRASI
Walaupun
aspirasi tidak lagi dilakukan pada metode injeksi subkutan, pada penyuntikan intramuscular dan intravena prosedur ini harus dilakukan.
Apabila pada injeksi intramuscular secara tidak sengaja ujung jarum menembus pembuluh darah, maka obat
yang disuntikkan akhirnya masuk secara intravena. Hal ini dapat mengakibatkan
terbentuknya emboli sebagai akibat reaksi komponen kimia dari obat tersebut.
Aspirasi dilakukan dengan cara berikut:
Setelah Anda menusukkan jarum ke lokasi suntikan, pegang bagian bawah syringe dengan tangan
non-dominan Anda, dan tarik bagian tongkat syringe ke atas dengan tangan
dominan. Apabila jarum telah menembus
pembuluh darah, darah akan masuk tertarik ke dalam syringe.
Apabila
ini terjadi, dan tehnik injeksi yang Anda lakukan adalah injeksi intravena,
maka prosedur yang Anda lakukan sejauh ini benar. Jarum telah memasuki pembuluh
darah, dan obat kini siap dimasukkan langsung ke pembuluh darah balik tersebut.
Apabila
darah masuk tertarik, dan tehnik injeksi yang Anda lakukan adalah
intramuscular, maka prosedur yang Anda lakukan salah. Jarum yang semestinya
mencapai jaringan otot rupanya bersarang di pembuluh darah.Hal ini biasanya
terjadi karena lokasi injeksi kurang tepat. Cabut jarum dan ulangi prosedur
penyuntikan dari awal.
TEHNIK DESINFEKSI KULIT DI LOKASI SUNTIKAN
Walaupun
tehnik desinfeksi kulit dengan kapas alkohol sebelum prosedur penyuntikan sudah
dikenal luas, pada kenyataannya ada perbedaan temuan. Misalnya menggunakan
kapas alkohol sebelum menyuntikkan insulin secara subkutan seringkali membuat
kulit menjadi mengeras karena efek alkohol.
Dann
(1969) dan Koivisto & Felig (1978) menemukan bahwa tehnik desinfeksi dengan
alkohol tidak selalu mutlak diperlukan, dan ketika prosedur itu ditiadakan,
rupanya angka infeksi post-injeksi yang terjadi tidak lebih banyak daripada
yang dilakukan swab alkohol sebelumnya.
Para
ahli berpendapat bahwa apabila pasien tampak bersih secara fisik, dan tenaga
medis juga mengikuti standar asepsis yang benar, desinfeksi kulit sebelum
penyuntikan intramuscular adalah tidak perlu. Dan apabila memang dipandang
perlu,maka kulit itu harus diswab dengan kapas alkohol selama 30 detik, dan
kemudian tunggu 30 detik lagi agar kulit menjadi kering lagi.
Jika
injeksi dilakukan sebelum kulit kering, masih ada kemungkinan bakteri belum
mati, dan malah bersama-sama dengan alkohol bisa saja ikut menginokulasi lokasi
penyuntikan sehingga meningkatkan risiko infeksi.
*INJEKSI INTRAMUSCULAR
Adalah
tindakan menyuntikkan obat ke dalam otot yang terperfusi baik, sehingga akan
mampu memberikan efek sistemik dalam waktu yang singkat, dan juga biasanya
mampu menyerap dalam dosis yang besar. Lokasi
penyuntikan harus dipertimbangkan dengan mengingat kondisi fisik pasien, usia pasien, dan jumlah obat yang
akan diberikan. Apabila pada lokasi suntikan yang diinginkan terdapat
pembengkakan, peradangan,
infeksi, ataupun terdapat lesi dalam bentuk apapun, penyuntikan di lokasi ini
harus dihindari.
LOKASI
Terdapat
lima lokasi penyuntikan intramuscular yang sudah terbukti bahwa obatnya akan
diabsorbsi dengan baik oleh tubuh.
1.
PADA DAERAH LENGAN ATAS (DELTOID)
Ø Mudah dan dapat dilakukan pada berbagai posisi, namun kekurangannya area
penyuntikan paling kecil, dan jumlah obat yang ideal paling kecil (antara 0,5-1
ml).
Ø Jarum disuntikkan kurang lebih 2,5 cm tepat di bawah tonjolan acromio
Ø Organ penting yang mungkin terkena adalah a.brachialis atau n.radialis.
Hal ini terjadi apabila kita menyuntik lebih jauh ke bawah daripada yang
seharusnya.
Ø Minta pasien untuk meletakkan tangannya di pinggul (seperti gaya seorang
peragawati), dengan demikian tonus ototnya akan berada kondisi yang mudah untuk
disuntik dan dapat mengurangi nyeri.
1.
PADA DAERAH DORSOGLUTEAL (GLUTEUS MAXIMUS)
Ø Hati-hati terhadap n.sciatus dan a.glutea superior.
Ø Gambarlah garis imajiner horizontal setinggi pertengahan glutea,
kemudian buat dua garis imajiner vertical yang memotong garis horizontal tadi
pada pertengahan pantat pada masing-masing sisi. Suntiklah di regio glutea pada
kuadran lateral atas.
Ø Volume suntikan ideal antara 2-4 ml.Minta pasien berbaring ke samping dengan
lutut sedikit fleksi.
3.
PADA DAERAH VENTROGLUTEAL (GLUTEUS MEDIUS)
Ø Letakkan tangan kanan Anda di pinggul kiri pasien pada trochanter major
(atau sebaliknya). Posisikan jari telunjuk sehingga menyentuh SIAS. Kemudian
gerakkan jari tengah Anda sejauh mungkin menjauhi jari telunjuk sepanjang
crista iliaca. Maka jari telunjuk dan jari tengah Anda akan membentuk huruf V.
Ø Suntikkan jarum di tengah-tengah huruf V itu, maka jarum akan menembus
m. gluteus medius.
Ø Volume ideal antara 1-4 ml.
4.
PADA DAERAH PAHA BAGIAN LUAR (VASTUS LATERALIS)
Ø Pada bayi atau orang tua, kadang-kadang kulit di atasnya perlu ditarik
atau sedikit dicubit untuk membantu jarum mencapai kedalaman yang tepat.
Ø Volume injeksi ideal antara 1-5 ml (untuk bayi antara 1-3 ml).
5.
PADA DAERAH PAHA BAGIAN DEPAN (RECTUS FEMORIS)
Ø Pada bayi atau orang tua, kadang-kadang kulit di atasnya perlu ditarik
atau sedikit dicubit untuk membantu jarum mencapai kedalaman yang tepat.
Ø Volume injeksi ideal antara 1-5 ml (untuk bayi antara 1-3 ml).
Ø Lokasi ini jarang digunakan, namun biasanya sangat penting untuk
melakukan auto-injection, misalnya pasien dengan riwayat alergi berat biasanya
menggunakan tempat ini untuk menyuntikkan steroid injeksi yang mereka bawa
kemana-mana.
TEHNIK
INJEKSI
Sudut
masuk jarum berperan penting dalam derajat nyeri pasien saat injeksi. Injeksi
intramuscular sebaiknya dilakukan dengan memasukkan jarum tegak lurus dengan
kulit (90 derajat) untuk memasti
Tehnik
injeksi yang dilakukan hampir di seluruh dunia adalah dengan cara mengencangkan
kulit di sekitar lokasi injeksi dengan tujuan: (Stilwell, 1992)
- Memudahkan penusukan jarum. Jarum akan lebih mudah menusuk kulit dengan sudut 90 derajat apabila kulit yang ditusuk berada dalam keadaan teregang.
- Dengan teregangnya kulit, maka secara mekanis akan membantu mengurangi sensitivitas ujung-ujung serat saraf di permukaan kulit.
TEHNIK
Z-TRACK
Selama
dua dekade terakhir, telah berkembang tehnik penyuntikan intramuscular yang
disebut tehnik Z-track. Keen (1986) pertama kali mengemukakan dalam
penelitiannya bahwa tehnik ini mampi mengurangi sensasi nyeri dan juga mampu
meminimalkan „kebocoran‟ (obat yang disuntikkan masuk ke ruang sub kutis pada
saat jarum dicabut ).
Tehnik
ini dilakukan dengan cara menarik kulit di atas lokasi suntikan ke arah lain,
kurang lebih sejauh 1-2 cm. Hal ini akan menggerakkan jaringan cutan dan
subcutan yang ada di atas otot yang akan disuntik. Ingatlah bahwa target
suntikan adalah otot, sehingga ketika menarik kulit tersebut kita tidak
melepaskan mata kita dari lokasi suntikan yang benar.
Kemudian
lakukan penyuntikan seperti biasa, dan ketika usai menarik jarum, lepaskan
kulit yang sedari tadi Anda pegang. Hal ini mengakibatkan luka penetrasi jarum
di jaringan otot akan ditutupi oleh jaringan kutis dan subkutis yang intak.
Menggerakkankan anggota gerak yang disuntik setelahnya juga dipercaya dapat
membantu proses penyerapan obat karena hal itu akan meningkatkan aliran darah
ke daerah yang disuntik.
*INJEKSI SUBKUTAN
Tehnik
ini digunakan apabila kita ingin obat yang disuntikkan akan diabsorpsi oleh
tubuh dengan pelan dan berdurasi panjang (slow and sustained absorption).
Biasanya volume obat yang disuntikkan terbatas pada 1-2 ml per sekali
suntik.
Injeksi
subkutan dilakukan dengan menyuntikkan jarum menyudut 45 derajat dari permukaan
kulit. Kulit sebaiknya sedikit dicubit untuk menjauhkan jaringan subkutis dari
jaringan otot. Peragallo & Dittko (1997), menggunakan CT scan dalam
penelitian mereka dan menemukan bahwa
injeksi subkutan sering kali masuk ke jaringan otot, terutama bila
dilakukan pada daerah abdomen atau paha. Hal ini berbahaya karena insulin yang
disuntikkan ke otot akan diserap lebih cepat oleh tubuh dan sebagai akibatnya
akan terjadi goncangan kadar glukosa darah yang dapat membawa pasien ke kondisi
hipoglikemia.
Dari
studi yang sama juga didapatkan bahwa suntikan subkutan dipercaya tidak lagi
memerlukan aspirasi. Dari gambaran CT scan ditemukan bahwa suntikan dengan
tehnik subkutan hampir tidak pernah menembus pembuluh darah. Springhouse
Corporation (1993) bahkan menyatakan bahwa apabila penyuntikan subkutan
diawalin dengan aspirasi, akan meningkatkan risiko terjadinya hematom di area
subkutan.
NB: Sejak 1994
perkembangan terapi injeksi insulin sangat cepat. Saat ini jarum alay suntik
insulin bermerk sudah dibuat sedemikian rupa sehingga dengan sudut 90 derajat
dengan kulit, insulin dapat masuk ke jaringan subkutan. Oleh karenanya jangan
heran melihat orang diabetes menyuntikkan insulin ke pahanya sendiri dengan
sudut masuk jarum tegak lurus dengan kulit.
*INJEKSI INTRAVENA
Tehnik
ini digunakan apabila kita ingin obat yang disuntikkan akan diabsorpsi oleh
tubuh dengan pelan dan berdurasi panjang (slow and sustained
absorption). Biasanya volume obat yang disuntikkan terbatas pada 1-2
ml per sekali suntik.
Injeksi
subkutan dilakukan dengan menyuntikkan jarum menyudut 45 derajat dari permukaan
kulit. Kulit sebaiknya sedikit dicubit untuk menjauhkan jaringan subkutis dari
jaringan otot. Peragallo & Dittko (1997) menggunakan CT scan dalam
penelitian mereka dan menemukan bahwa injeksi subkutan sering kali masuk ke
jaringan otot, terutama bila dilakukan pada daerah abdomen atau paha. Hal ini
berbahaya karena insulin yang disuntikkan ke otot
akan diserap lebih cepat oleh tubuh dan sebagai akibatnya akan terjadi
goncangan kadar glukosa darah yang dapat membawa pasien ke kondisi
hipoglikemia.
MEMPERKIRAKAN
TEMPAT KATUP VENA, DAN MENGHINDARINYA
Karena
kita akan menyuntikkan obat dengan jarum ke dalam vena, adalah penting bagi
kita untuk menghindari katup vena. Apabila katup vena ini tidak sengaja
tertusuk, maka dapat menyebabkan kerusakan permanen pada katup tersebut, dan
bahkan dapat menyebabkan kolaps pada vena yang bersangkutan.
Katup-katup
ini ada dengan tujuan untuk mencegah alirah darah balik pada vena (mencegah
aliran darah menjauhi jantung). Untuk mengetahui dimana saja terdapat katup ini,
lakukan tekanan ke arah distal pada vena yang bersangkutan. Hal ini bertujuan
mendorong darah yang ada di vena balik ke arah distal, mendekati katup terakhir
yang dilewatinya.
Ikuti tekanan itu dan akan Anda temukan nantinya
ada tempat tertentu dimana darah yang Anda dorong itu tidak dapat “lewat” lagi.
Di tempat itulah terdapat katup vena. Sekarang Anda tahu di tampat itu Anda
tidak boleh melakukan suntikan. Terkesan sederhana, namun terkadang melokalisir
posisi katup itu dapat menjadi sesuatu yang sulit untuk dilakukan.
***Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai
teknik dalam melakukan injeksi bias dilihat di link di bawah ini.
REFERENSI
Beyea
SC, Nicholl LH (1995) Administration of medications via the intramuscular
route: anintegrative review of the
literature
and research-based protocol for the procedure.Applied Nursing Research. 5, 1,
23-33.
Burden
M (1994) A practical guide to insulin injections. Nursing Standard. 8, 29,
25-29. Campbell J (1995) Injections.
Professional
Nurse.10, 7, 455-458.
Chaplin
G et al (1985) How safe is the air bubble technique for IM injections? Not very
say these experts. Nursing.
15,
9, 59. Cockshott WP et al (1982) Intramuscular or intralipomatous injections.
New England Journal of Medicine.
307,
6, 356-358.
Covington
TP, Trattler MR (1997) Learn how to zero in on the safest site for an
intramuscular injection. Nursing.
January,
62-63. Dann TC (1969) Routine skin preparation before injection. An unnecessary
procedure. Lancet. ii, 96-98.
Katsma
D, Smith G (1997) Analysis of needle path during intramuscular injection.
NursingResearch. 46, 5, 288-292.
Keen
MF (1986) Comparison of Intramuscular injection techniques to reduce site
discomfort and lesions. Nursing
Research.
35, 4, 207-210.
Koivisto
VA, Felig P (1978) Is skin preparation necessary before insulin injection?
Lancet. i,
1072-1073.
MacGabhann
L (1998) A comparison of two injection techniques. Nursing Standard. 12, 37,
39-41.
Peragallo-Dittko
V (1997) Rethinking subcutaneous injection technique. American Journal of
Nursing. 97, 5, 71-72.
Polillio
AM, Kiley J (1997) Does a needless injection system reduce anxiety in children
receiving intramuscular
injections?
Pediatric Nursing. 23, 1, 46-49.
Quartermaine
S, Taylor R (1995) A Comparative study of depot injection techniques.
NursingTimes. 91, 30, 36-39.
Simmonds
BP (1983) CDC guidelines for the prevention and control of nosocomial
infections: guidelines for
prevention
of intravascular infections. American Journal of Infection Control. 11, 5,
183-189.
Springhouse
Corporation (1993) Medication Administration and IV Therapy Manual. Second
edition. Pennsylvania,
Springhouse
Corporation.
Stilwell
B (1992) Skills Update. London, MacMillan Magazines.
Thow
J, Home P (1990) Insulin injection technique. British Medical Journal. 301, 7,
July 3-4.
Torrance
C (1989a) Intramuscular injection Part 2. Surgical Nurse. 2, 6, 24-27.
Torrance
C (1989b) Intramuscular injection Part 1. Surgical Nurse. 2, 5, 6-10.
United
Kingdom Central Council for Nursing, Midwifery and Health Visiting
(1992)Standards for Administration of
Medicine.
London, UKCC.
The writer has made every effort to to trace the holders of
the copyrighted printed materials. If we have
overlooked any, we will be plased to make necessary
arrangements in the first opportunity.
This .pdf file, as well as hundreds other, will be available
soon on www.balihealthworld.com The website is
currently under construction. Please stand by for any
following news.
Have a medical article, study report, or medical-based
review of your own? Convert it into .pdf format and
save it. As soon as www.balihealthworld.com in online, post
it, and receive all the benefits from sharing your
knowledge to everyone.
E-mail to
manager@balihealthworld.com for more info.




Mendidik sekali kak. Terimakasih kakak
BalasHapus